gloanna.com – Ketegangan antara India dan Pakistan kembali memuncak setelah pernyataan Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, yang mengklaim bahwa Angkatan Udara Pakistan (PAF) berhasil menembak jatuh enam jet tempur milik India, termasuk empat jet tempur canggih Rafale buatan Prancis. Insiden ini terjadi pada malam 6 hingga 7 Mei 2025, di tengah konflik bersenjata yang berlangsung selama empat hari antara kedua negara. 

Rincian Jet Tempur yang Ditembak Jatuh

Menurut pernyataan resmi dari pemerintah Pakistan, enam pesawat tempur India yang berhasil ditembak jatuh terdiri dari:

  • Empat jet tempur Rafale buatan Prancis

  • Satu Sukhoi Su-30 buatan Rusia

  • Satu MiG-29 buatan Rusia

Jet-jet tersebut dilaporkan ditembak jatuh oleh rudal udara-ke-udara PL-15E yang diluncurkan dari pesawat tempur J-10C buatan China yang baru saja diakuisisi oleh Pakistan. 

🇮🇳 Respons India

Hingga saat ini, pemerintah India belum memberikan tanggapan resmi terhadap klaim Pakistan tersebut. Namun, India mengakui bahwa mereka mengalami kerugian selama konflik tersebut. 

Reaksi Internasional

Komunitas internasional menyuarakan keprihatinan atas eskalasi konflik antara dua negara bersenjata nuklir ini. Beberapa negara menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri dan menyelesaikan perbedaan melalui dialog diplomatik.

Validitas Klaim

Meskipun Pakistan mengklaim telah menembak jatuh enam jet tempur India, termasuk empat Rafale, hingga kini belum ada bukti independen yang dapat memverifikasi klaim tersebut Website. Beberapa analis militer menyatakan bahwa tanpa bukti konkret, klaim semacam ini sulit untuk diverifikasi secara independen.

Dampak dan Implikasi

Jika klaim Pakistan terbukti benar, ini akan menjadi pertama kalinya jet tempur Rafale milik India ditembak jatuh dalam pertempuran, yang dapat menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas dan strategi pertahanan udara India. Selain itu, penggunaan jet tempur J-10C dan rudal PL-15E buatan China oleh Pakistan menunjukkan peningkatan kerja sama militer antara Pakistan dan China, yang dapat memengaruhi keseimbangan kekuatan di kawasan Asia Selatan.

Ketegangan yang meningkat ini menyoroti perlunya upaya diplomatik yang intensif untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan menjaga stabilitas di kawasan.